Banyak cerita dan berita bersliweran didepan mata, yang mampu mendistorsi pola pikir sederhana masyarakat awam yang tidak terlalu mamahami praktek permainan politik para pemain watak Pilkada Tangsel.
Akibatnya bertaburan kata-kata pembenaran dari para pendukung masing-masing.
Ada yang menulis dengan yakin begini :
No 4*
di dukung sama Gubernur banten dan keluarganya* di dukung sama Sebagian Birokrat Provinsi Banten(karena ada adik ipar gubernur)* didukung sama sebagian birokrat tangsel, terutama berasal dari banten. ...*di dukung sama Sebagian Birokrat Kab. Tangerang...(karena ada pejabat kab. tangerang yang nyalon)*di dukung sama pengusaha2 kakap
No 3*
di dukung sama Bupati Tangerang dan Pejabat2nya* di dukung sama Walikota Tangerang dan Pejabat2nya* di dukung sama Sebagian Birokrat Provinsi Banten (terutama yang sakit hati sama gubernur, seperti kejadian di pondok cabe)* di dukung sama Sebagian Birokrat Kab. Tangerang* didukung sama sebagian birokrat tangsel, terutama berasal dari kab tangerang yang tersingkir tidak mendapat jabatan.* di dukung juga sama pengusaha kakap
Ada lagi yang bangga me-repost cerita seperti ini :
Pilkada Tangsel Bukanlah Pertarungan Demokrasi Namun "Pertarungan Para Jawara" dan konon ada pula "Intel yang Ikut Bermain". Postingan ini nampaknya dipakai oleh pendukukung Airin untuk mengoyak keyakinan Pendukung Arsid, padahal sebenarnya disitu tersurat jelas yang mereka dukung tidak lebih baik dibanding lawan mainnya. Sedangkan dari kubu Arsid entah mengapa tidak ada suara yang vokal untuk membahas hal itu. ku
Sayangnya kedua posting diatas tidak begitu laku di Kompasiana, bahkan poster-nyapun sampai tulisan ini terbit tidak berkenan merespons para replyer-nya.
Makin diikuti beritanya, makin disimak tawuran kata-kata para pendukungnya, makin tak masuk akal statemen diantara mereka, semuanya bisa berbicara mengenai fakta namun sayang data dukungannya kadang tidak disampaikan dengan gamblang. Contoh sederhana ungkapan fakta yang tanpa dukungan data juga dapat dibaca disini :
http://www.facebook.com/note.php?note_id=463456012342 , periksa paragraph-2 terakhir dan reply yang ada.
Orang macam saya yang ingin melihat permainan cantik para pendukung beradu fakta dan data hanya bisa melongo, kok begini cara mereka menebar kata.
Bila sebelum Pilkada Para Tim Sukses khususnya yang bermain di alam maya macam Facebook ini jumlahnya bak cendol, paska Pilkada suara mereka pada lenyap satu-satu. Yang ada kini taburan kata-kata melalui akun personal, kemana suara para Tim Sukses? Kemana suara Partai? Rupanya pesta ini puncaknya memang hanya di tanggal 13 Nov kemarin, setelah itu, terserah.
Dukung mendukung, baik melalui jalur resmi maupun tak resmi, maupun dana mendanai adalah hal yang lumrah selama semuanya berjalan sesuai aturan baku yang sudah disepakati bersama.
Dan praktek mencederai Pilkada yang Jurdil sudah menjadi santapan harian media, apalagi di antero Banten, mungkin sudah menjadi mitologi, dan akhirnya terbiasa, dan akhirnya maklum sajalah, tak ada lagi rasa malu itu.
Harapan saya, janganlah para simpatisan, pendukung dan tim sukses tercabik dan terpuruk oleh akrobat politik para junjungannya, yang dulu kawan menjadi lawan hanya karena keterbatasan kemampuan membaca keadaan dan tidak mampu mengendalikan kata dalam berucap.
Jangan lupa ada hukum diujung sana yang siap menerkam.
Pamulang, jelang malam
29 Nov 2010
(masih error dan pringisan saat merajut kata)
Comments
Post a Comment